Seperti yang para pembaca ketahui, bahwa lapisan ozon di bumi tercinta ini telah menipis bahkan berlubang. Namun apa kabarnya ya si Ozon tersebut sekarang?. Soalnya sudah lebih dari 30 tahun semenjak lapisan ozon tersebut ditemukan dalam kondisi kritis, para ilmuwan dan segenap pihak – pihak yang peduli akan lingkungan berusaha mengatasi masalah tersebut dengan berbagai upaya. Agar Agan2 tidak penasaran mari kita simak sama – sama ulasan dari The Washington Post berikut ini :
Akhirnya, sebuah kabar baik datang dari para ilmuwan yang perduli terhadap lingkungan, dimana lapisan ozon yang terus mereka amati dan teliti mengalami perubahan secara berangsur – angsur pulih, terbukti dengan mengecilnya lubang ozon tersebut dari tahun – ketahun.
Akhirnya, sebuah kabar baik datang dari para ilmuwan yang perduli terhadap lingkungan, dimana lapisan ozon yang terus mereka amati dan teliti mengalami perubahan secara berangsur – angsur pulih, terbukti dengan mengecilnya lubang ozon tersebut dari tahun – ketahun.
Seorang ahli kimia, Mario Jose Molina mengatakan: ”Ini kemenangan bagi diplomasi dan untuk ilmu pengetahuan karena mampu bekerja sama”, Pria inilah yang memenangkan hadiah Nobel atas penelitiannya terhadap lapisan ozon.
Jadi begini ceritanya. Dulu pada era tahun 1970 an, para ilmuwan baru mulai menyadari bahwa cairan kimia chlorofluorocarbons (CFC) yang biasa digunakan untuk peralatan rumah tangga seperti kulkas dan AC ternyata berakibat merusak lapisan ozon yang ada di bumi. Terbukti setelah ditemukannya lapisan ozon di antartika yang menipis dan berlubang.
Setelah dilakukan penelitian, ternyata dampak yang akan terjadi bagi kehidupan dibumi apabila lapisan ozon tersebut rusak sangat berbahaya sekali, antara lain yaitu : meningkatkan resiko kanker kulit, menganggu pertumbuhan tanaman, dan mengganggu kestabilan rantai makanan dilaut. Semua itu diakibatkan adanya peningkatan sinar ultraviolet yang berbahaya apabila tidak di filter oleh lapisan ozon tersebut.
Untungnya, para pembuat kebijakan dunia yang proaktif tentang masalah lingkungan hidup waktu itu ( tepatnya tahun 1987 ) sepakat untuk menandatangani Protokol Montreal, yang isinya peraturan untuk tidak menggunakan lagi CFC di dunia industri. Namun protes keras pun datang dari para pelaku industri, mereka beranggapan bahwa itu hanya spekulasi ilmu pengetahuan saja, kalau peraturan tersebut digunakan maka akan berakibat naiknya ongkos biaya produksi akhirnya banyak orang yang akan kehilangan pekerjaan mereka efek dari efisiensi perusahaan .
Namun, setelah perusahaan – perusahaan kimia menemukan cara untuk membuat pengganti yang aman untuk CFC, pertentangan kebijakan montreal pun sedikit demi sedikit mulai mengendur. Para pelaku industri mulai berkomitmen meninggalkan CFC dan mendukung sepenuhnya kebijakan internasional dengan beralih ke bahan kimia yang lebih aman.
Sekarang, setelah lebih dari 30 tahun Protokol Montreal ditandatangani, lapisan ozon kini berangsur – angsur kembali pulih kembali. Hal ini di perkuat oleh hasil laporan dari 300 ilmuwan yang secara berkala melaporkan hasil penelitiannya setiap 4 tahun sekali kepada PBB yang dikhususkan untuk menangani masalah ozon tersebut.
Menurut laporan dari PBB : Lapisan ozon yang berada di garis khatulistiwa diperkirakan akan kembali normal pada tahun 2050, sedangkan untuk lapisan ozon yang ada di Antartika akan normal kembali pada tahun 2075 karena daerah tersebut memiliki lapisan ozon yang rusak parah.
Petugas ilmuwan senior dari World Meteorological Organization, Geir Braathenberkata kepada Reuters bahwa : ini adalah pertama kalinya para ilmuwan dapat mengukur secara rinci peningkatan dari lapisan ozon tersebut. Sekarang kondisi lapisan Ozon hanya tinggal 6% lebih tipis dari tahun 1980’an ( mendekati normal berarti Gan ), namun bahan – bahan kimia berbahaya masih berkeliaran di atmosfer bumi, shingga lubang di atas antartika pun masih terus muncul dari tahun ke tahun. Lubang ozon yang terbesar tercatat pada tahun 2006 yaitu sekitar 30 juta kilometer persegi, kurang lebih seukuran bulan lah. Namun saat ini tercatat mengecil sekitar 20 juta kilometer persegi. Walau begitu ukurannya masih terus bervariasi karena di pengaruhi juga oleh keadaan suhu bumi.
Direktur eksekutif program lingkungan PBB, Achim Steiner menuturkan. Walau begitu, dari hasil laporan yang masuk, ada sedikit berita buruknya juga. Yaitu : Carbon tetrachloride, salah satu bahan kimia perusak ozon yang seharusnya dihapus, ditemukan dalam kondisi jumlah yang terus meningkat dalam satu dekade terakhir, yang bisa berarti bahwa zat kimia tersebut masih digunakan secara ilegal.
Lain lagi halnya dengan Susan Solomon. Peneliti dan ilmuwan dari universitas tekhnologi Massachusetts ini mengatakan kepada media masa, bahwa bahan kimia yang digunakan sebagai pengganti CFC malah menimbulkan masalah baru dibumi ini, yaitu pemanasan global yang sekarang ini terjadi. Namun begitu justru gas yang terperangkap karena efek rumah kaca yang menjadi biang keladi pemanasan global malah membantu terbentuknya kembali lapisan ozon di atmosfer bumi. Jadi, maksudnya konsentrasi karbondioksida dan gas – gas yang lain, yang berkumpul di atas lapisan stratosfer bumi membantu mendinginkan lapisan atas tersebut, sehingga lapisan ozon pun lama kelamaan akan kembali terbentuk.
“Tantangan yang kita hadapi masih besar,” kata Steiner. “Keberhasilan Protokol Montreal harus mendorong tindakan lebih lanjut tidak hanya pada perlindungan dan pemulihan lapisan ozon tetapi juga pada iklim”.
Kesimpulan saya sekarang ; CFC bikin rusak ozon, kemudian diganti dengan bahan kimia lainnya, lumayan sih ozon nggak rusak. Tapi kalau ujung2nya jadi pemanasan global mending nggak usah pada dipake dah tuh bahan kimia. Tapi gimana kalau lagi gerah nggak ada AC, terus stok makanan di kulkas gimana donk, pusing ah ane, serahin aja ama yang berwenang, mendingan ngopi aja.
Sekian dulu posting dari saya. Terimakasih buat para pembaca yang sudah mau menyimak posting ini. Saya mohon maaf apabila ada salah-salah kata, ambil baiknya saja yang salahnya buang jauh2. Terimakasih yang sudah mampir.
Akhir kata wassalam. Have a nice day.
No comments:
Post a Comment